Deret Panjang Pengangguran Belasan Ribu Sarjana Tak Punya Pekerjaan

Ilustrasi Jobless

SURABAYA- Penddikan selayaknya menjadi pemutus rantai kemiskinan dan pengangguran bukan malah menambah deret panjang pengangguran Indonesia karna belasan ribu sarjana baik baru lulus atau sudah lama tak punya pekerjaa alias menganggur cukup menjadi miris lantas jika seseorang yang sudah menyandang gelar sarjana tidak mendapatkan pekerjaan siapa yang harus disalahkan.

Mungkin saat mendengar hal tersebut kita hanya bisa mengelus dada dan menarik nafas panjang coba bayangkan saja jika ada sekitaran belasan ribu Sarjana di Indonesia yang tak punya pekerjaan lalau bagaiman dengan lulusan SMA serta pengangguran diluar mungkin ada sekitar jutaan warga Indonesia yang tidak memiliki pekerjaan.

Dinas tenaga kerja (Dinaker) Surabaya menyebutkan dikutip dari situs JPNN para sarjana sebagai pengangguran terdidik atau bahasa kerennya Jobless pada tahun 2013 ada 11.612 lulusan S1 dan S2 sedangkan hingga Juni 2014 ada sekitar 11,568 pengngguran terdidik usia produktif 20 th- 29 th jumlah ini akan di prediksi membengkak pada tahun 2015 akibat Ekonomi Asia pasar bebas.

Jika diamati dari data yang telah dilihat dapat disimpulkan bahwa pengguran Indonesia yang tercatat sebagai pengungguran terdidik dua kali lipat dari lulusan SD, SMP, dan SMA para pengungguran ini perlu dipertanyakan bahwa apa yang terjadi apakah lembaga pendidikan tinggi indonesia tidak mampu mencetak dan melahirkan tenaga kerja siap pakai atau memang karena orang yang bersangkutan malas untuk mencari kerja atau terlalu pilih-pilih kerja.

Ironis sementara ada jutaan orang di Indoensia yang tidak mampu melanjutkan jenjang perguruan tinggi karena tidak mampu, toh malah saat kita lihat ada banyak sarjana yang sudah bisa beruntung sekolah tapi malah tidak berkerja karena beberapa faktor dalam hal ini yang menjadi sorotan adalah kemendikbud selaku menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia.

Kemendikbud tidak hanya berpangku tangan tetapi telah lama sudah disebutkan bahwa solusi dari hal tersebut adalah "Kami usulkan materi itu ke dispendik. Pilot project-nya di tingkat pertama dulu. Soft skill harus di-treatment sejak siswa awal masuk. Bukan setelah lulus," ungkapnya. Masih banyak sekali yang terjadi seharusnya sarjana harus menguasai beberapa keterampilan softskill ataupun beberapa usulan yang ditawarkan.

Lagi-lagi masih saja sebuah rencana belaka mengingat tidak semua perguruan tinggi yang tergabung dalam PTS yang benar-benar mencetak lulusan siap kerja. Jika dilihat seharusnya S1 merupakan manusia lulusan ahli bukan sekedar lulusan siap kerja. Tentu peran lembaga pendidikan seperti PTS di Indoensia harus lebih mengingkatkan mutu pendidikan.

Belum lagi tahun 2015 kita akan menghadapi ekonomi global Asia bahkan Dunia tentu harus menjadi pelajaran yang harus segera diperbaiki kedepannya jangan sampai pendidikan Indoensia menjadi abal-abal dan selayaknya lulusan sarjana meraka juga harus berfikir keras untuk secara pribadi mengurangi angka tersebut.
Bagikan Artikel :
Share on FB Tweet Share on G+

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Acak